Permintaan Pasar Meningkat Pesat, Tapi Stok Terbatas

Sejak tahun 1990, isu pertanian organik berhembus kencang di dunia. Lalu bermunculan berbagai organisasi dan perusahaan yang memproduksi produk organik. Di Indonesia beredar produk organik lokal seperti beras, kopi, teh, dan sayuran. Meski sudah 20-an tahun, isu ini belum berke7mbang luas seperti di negara- negara maju.

Di negara-negara maju, permintaan produk organik terus meningkat seiring kepedulian warganya terhadap kesehatan pribadi dan keluarganya. Hal yang sama mulai berlangsung di Indonesia. Sudah banyak resto-ran yang menggunakan beras organik memenuhi kebutuhan konsumen. Minat konsumen terus meningkat. Sebagai salah satu bukti, sebuah restoran di sebuah kota besar yang menyiapkan nasi organik dan non organik, 80% konsumen memilih nasi organik.

Menurut WTO (World Trade Organisation, Organisasi Perdagangan Dunia), pilihan konsumen terhadap produk organik dunia bertumbuh mencapai rata-rata 20% per tahun. Namun pangsa pasar yang dipenuhi hanya 0,5-2% dari keseluruhan produk pertanian. Meski terdapat pertumbuhan produksi organik, namun tetap saja belum mampu memenuhi pesatnya permintaan produk organik.

Saat ini satu dari empat orang Amerika mengkon-sumsi produk organik. Dalam sepuluh tahun terkahir, pertumbuhan produk organik lebih dari 20%. Australia melihat peluang ini dan mengekspor sayuran organik ke pasar Amerika, dan beberapa negara Eropa seperti Inggris, Jerman, Perancis. Juga ke Jepang, Malaysia dan Singapura.

 

Geliat Bisnis Organik di Indonesia

Healthy Choice Indonesia, sebuah bisnis toko dan restoran organik punya pengalaman menarik. Empat tahun lalu, banyak orang memandang sebelah mata bisnis ini. “Waktu itu, kami benar-benar seperti orang aneh”, kenang Stevan Lie, Direktur Operasional Healthy Choice. Di awal-awal bisnisnya, usahanya merugi. Namun ia tidak menyerah dan terus mempromosikan manfaat bahan-bahan organik. Kini, keuletan Stevan sudah mulai membuahkan hasil.

Dari waktu ke waktu, konsumen semakin bertambah. Ada tiga jenis konsumen, katanya. Pertama, orang-orang yang berusia 40-an tahun yang men-cari makanan sehat. Kedua, orang-orang yang ‘terpaksa’ mengkonsumsi makanan organik karena punya masalah kesehatan, seperti stroke. Ketiga, pasangan-pasangan muda yang memberikan makanan terbaik bagi bayinya. Kisah ini adalah salah satu contoh usaha ramah lingkungan, di mana pada awalnya berat tapi pada akhirnya, setelah manfaat bahan organik kian disadari konsumen, usaha ini berkembang dengan pesat.

Terlepas dari kondisi pasar produk organik saat ini di Indonesia, negara tropis yang kaya akan sumber daya alam ini sangat potensial mengembangkan bisnis ini. Bahan mentahnya tersedia melimpah di alam Indonesia, khususnya produk pertanian seperti pupuk, pestisida, tanaman pangan dan holtikultura, dan peternakan.

Para petani di Sumba mestinya mulai menangkap peluang ini. Kalau tidak, suatu saat nanti, orang luar akan mengambil dan menguasai bisnis ini. Lalu, seperti yang sering terjadi, kita hanya bisa gigit jari dan meratapi kebodohan kita (Tim Kobar).

 

 

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *